Menghitung Break Even Point atau BEP

Table of Contents

Dalam menghitung Break Even Point atau BEP diperlukan komponen penghitungan dasar sebagai berikut ini:



1. Fixed Cost

Fixed Cost merupakan biaya tetap atau konstan ada walaupun tidak ada kegiatan produksi.


Contoh yang termasuk ke dalam biaya fixed cost adalah biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dan masih banyak lagi.



2. Variabel Cost

Variabel Cost merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat juga.


Contoh biaya yang termasuk ke dalam variabel cost adalah biaya bahan baku, biaya listrik, dan masih banyak lagi.



3. Selling Price

Selling Price adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi. Sebagai contoh, diasumsikan dalam satu kali proses produksi digunakan 10 kg daging yang akan menghasilkan sekitar 40 bungkus rendang ukuran 1/4 kg.


Perhitungan biaya produksi dan keuntungannya dapat diperkirakan seperti data berikut:



1. Biaya variabel

Bokingan Hari Biasa
Jumlah Harga satuan (Rp) Total (Rp)
Daging 10 kg 100.000 1.000.000
Bumbu 1 paket 25.000 100.000
Toples 40 buah 5.000 200.000
Kantong plastik Mica 4 gulung 10.000 40.000
Total 1.340.000


2. Biaya tetap

Tenaga Kerja = Rp 150.000
Penyusutan Alat = Rp 10.700
Total = Rp 160.700

3. Total biaya

Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap
Total biaya = Rp. 1.340.000,00 + Rp. 160.700,00
Total biaya = Rp. 1.500.700,00

4. Penerimaan kotor

Penerimaan kotor = Jumlah produksi x Harga produksi
Jumlah (bungkus) Satuan (Rp) Total (Rp)
40 45.000 1.800.000


5. Pendapatan bersih (Laba)

Pendapatan bersih = Penerimaan kotor – Total biaya
Pendapatan bersih = Rp. 1.800.000,00 – Rp. 1.500.700,00
Pendapatan bersih = Rp. 299.300

Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 10 kg rendang akan mendapatkan laba atau keuntungan sebesar Rp. 299.300,00