Mengenal Skala Nada Sebagai Unsur Penyusun Musik

Table of Contents

Mengenal Skala Nada

Dalam bidang ilmu musik di Indonesia, istilah "skala nada" lebih dikenal dengan sebutan "tangga nada". Sedangkan secara internasional disebut skala nada disebut dengan scale (Inggris).


Pengertian Skala Nada

Apa itu Skala Nada ? Skala nada adalah nada-nada yang berurutan secara alfabet, dan merupakan susunan nada-nada skala. Nada pertama pada sebuah skala memiliki kedudukan sebagai Tonika dan sekaligus menjadi nama dari tangga nada tersebut. Misalnya diketahui rangkaian nada-nada skala yang berawal dari B disebut tangga nada B dan B adalah tonika dari tangga nada tersebut.

Rangkaian nada pada melodi terdiri dari kombinasi berbagai susunan interval, atau jarak di antara sebuah nada dengan nada berikutnya. Interval diukur dengan cara menghitung jumlah nada-nada berderet yang terdapat di antara dua nada berurutan yang membentuk interval, termasuk nada pertama dan terakhir. Sebagai contoh interval di antara C dan E adalah tiga buah karena terdapat D di antaranya sehingga jumlah nada yang membentuk intervalnya adalah tiga yaitu C-D-E. Sama juga interval di antara C dan G, yaitu lima berdasarkan penghitungan jumlah nadanya yaitu C-D-E-F-G.


Melodi

Secara umum, melodi yang kita dengar, tersusun dari skala tujuh nada atau skala diatonis. Diatonis berasal dari bahasa Latin, dia adalah tujuh dan tonus artinya nada. Berbeda dengan jarak sebagai interval di antara dua nada, di antara nada-nada skala yang berurutan terdapat dua macam jarak yaitu jarak penuh ( tone / whole ) dan jarak setengah ( semi tone / half step ).

Selama berabad-abad, kedua jenis jarak nada-nada skala ini telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan susunan skala dari ketujuh susunan nada oleh para komponis dan ahli teori musik. Secara umum kita mengenal dua skala yang digunakan dalam musik klasik dengan sistem tonal, yaitu skala mayor dan minor.

Skala mayor adalah skala yang memiliki jarak setengah di antara nada ketiga dan keempat, dan di antara nada ketujuh dan kedelapan oktafnya.
Contoh skala mayor adalah skala C mayor.

Skala C mayor
Skala minor adalah skala yang memilki tiga macam pola yaitu minor asli, minor harmonis dan minor melodis.

Skala minor asli atau natural adalah skala dengan jarak setengah di antara nada kedua dan ketiga, dan di antara nada kelima dan keenam. Jika kalian lihat karakteristik pola ini sama dengan skala mayor yang dimulai dari nada keenam. Dengan demikian sebutan minor asli pada pola ini menunjukkan bahwa nada itu berasal dari skala mayor dengan tidak ada perubahan sedikit pun kecuali mulai dari nada keenam skala mayor.

Skala A minor asli/ natural
Catatan!
Di Indonesia penyebutan interval umumnya mengacu pada bahasa belanda seperti prime, sekunde, terts, kwart, kwint, sekt, septime. Dalam bahasa inggris seperti First, second, third, fourth, fifth, sixth, seventh.

Skala minor natural berasal dari skala mayor, sedangkan dua pola skala minor yang lain berasal dari skala minor asli.

Skala minor harmonis bertugas menaikkan nada ketujuh sebesar setengah laras dengan menggunakan aksidental, yaitu tanda untuk menaikkan dan menurunkan nada asli. Pada skala minor harmonis nada G dinaikkan dengan tanda aksidental kres ( ♯ ) sehingga menjadi Gis yang lebih tinggi setengah laras.

Penaikan nada ini bermaksud untuk mempertegas nada A yang terdapat di atasnya sebagai representasi tonika yang merupakan identitas skala tersebut yaitu skala A minor.

Sama halnya dengan nada B dalam skala C mayor yang merupakan pengantar ke C, posisi Gis pada skala A minor adalah sebagai pengantar menuju ke nada A. Resiko dari menaikkan nada ini adalah jarak yang semakin melebar diantara nada keenam dan ketujuh sehingga terasa kurang melodis.

Ketegasan tonika yang disebabkan dari menaikkan nada tersebut menyebabkan pola skala minor ini terdengar lebih harmonis daripada minor asli. Ketegasan dan konsistensi skala ini menyerupai skala mayor sehingga cocok digunakan pada penyusunan harmoni.

Skala A minor harmonis
Skala minor melodis memiliki ciri khas yang sesuai dengan namanya. Skala minor melodis memiliki kecenderungan tonalitas yang lebih mirip dengan skala mayor yaitu selain memiliki ketegasan tonika, juga lebih mengalir dibandingkan dengan minor harmonis, karena hanya menerapkan dua macam jarak nada saja yaitu tone dan semi tone.

Perbedaan skala minor melodis dengan skala lainnya (minor asli, minor harmonis) terletak pada pola pada saat mulai atau naik dan saat kembali atau turun. Pada skala minor saat naik bukan hanya nada ketujuh yang dinaikkan namun juga nada keenam yaitu dari F menjadi
Fis. Dan pada saat turun, kedua nada yang sebelumnya telah dinaikkan dengan tanda aksidental kres, dikembalikan ke nada aslinya dengan aksidental natural ( ♮ ).
Jadi ketika turun polanya akan sama dengan skala mayor turun mulai dari nada keenam. Jika kedua nada tersebut tidak dikembalikan pada saat turun, maka akan sama dengan pola skala A mayor turun dari tonikanya atau skala tersebut telah bermodulasi secara paralel kepada kunci mayor. Ketika skala minor natural turun statusnya tidak berubah menjadi C mayor dikarenakan mulai dari A sebagai tonikanya.

Di samping mayor dan minor, ada juga pola-pola skala yang lain yang jarang digunakan dalam musik klasik yang berbasis sistem tonal. Skala-skala tersebut di adalah modus-modus gereja Abad Pertengahan, skala whole-tone yang dipopulerkan oleh Debussy, skala pentatonik (lima nada) yang digunakan untuk menciptakan efek-efek oriental. Selain itu ada juga skala lain yang didasarkan atas skala diatonis seperti skala kromatis. Kata kromatis berasal dari kata latin chrome yang berarti warna. Maksud pewarnaan dalam konteks ini adalah untuk memberikan penambahan nada-nada sisipan dari nada-nada pokok. Sebagai contoh di samping G ada nada Gis atau Ges yang lebih rendah setengah laras karena diturunkan oleh tanda aksidental mol ( ♭ ).

b minor turun
Harmoni adalah sejumlah nada yang disusun secara vertikal hingga menuntut untuk di bunyikan secara simultan.