Mengenal Kontrapung Sebagai Unsur Musik

Table of Contents

Pengertian Kontrapung

Sebelumnya pada artikel tentang harmoni, kita melihat ada teknik komposisi yang tidak kalah pentingnya yaitu kontrapung atau dalam bahasa Inggris disebut counterpoint atau diterjemahkan sebagai nada pengiring.

Jika harmoni menekankan pada melodi pokok dan iringannya, maka pada kontrapung beberapa melodi dimainkan secara bersamaan. Dengan begitu jika beberapa melodi dinyanyikan bersamaan dengan efek-efek harmonis yang dapat diterima maka kita memperoleh kesan kontrapung.

Jadi berdasarkan penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kontrapung adalah sebuah seni mengkombinasikan melodi. Dalam konteks yang lebih luas kita dapat juga membandingkan antara gaya homofoni dengan kontrapungtis.

Gaya homofonik pada prinsipnya bersifat akor (chordal) yang secara umum tampak pada berbagai lagu himne sebagai bentuk yang paling sederhana. Pada model lagu diringi oleh akor-akor dasar atau akor sederhana. Selain itu, kita juga biasa melihat ada gerakan-gerakan satabande pada suite abad ke-18.

Dalam penulisan kontrapung juga dikenal basis logika akor, namun pada bagian-bagian suaranya memiliki alur melodi yang berdiri sendiri. Sebagai contoh yang sederhana adalah kontrapung pada karya-karya Two-part Invention Bach, dimana alur melodi suara basnya sama menariknya dengan melodi pada suara atas. Sama juga pada karya-karya Gigue dari French Suite No. 5 Bach, yang menerapkan kontrapung tiga suara yang berjalan bersama.

Beberapa penulis kontrapung yang terkenal di antaranya adalah Bach dan Handel. Meskipun Bach kadang-kadang mencoba menggunakan konsep homofonis tapi kesan kontrapungnya masih tetap tidak bisa hilang.

Gaya kontrapung juga seringkali menerapkan teknik imitasi, bahkan ada juga yang berlebihan mengatakan bahwa imitasi adalah darah kehidupan kontrapung. Kenyataannya imitasi adalah teknik yang jauh lebih ringan dari yang diperkirakan banyak orang.

Teknik kontrapung banyak digunakan dalam karya-karya solo instrumental, khususnya piano. Meskipun begitu ada juga yang digunakan pada karya-karya solo gitar, dan solo instrumen gesek seperti biola dan cello. Contohnya kontrapung tiga suara yang dikutip dari Prelude, Fugue, and Allegro BWV 998, untuk keyboard karya J.S. Bach.

Meskipun pada dasarnya kontrapung terjadi paling tidak dari perpaduan dua melodi, tapi efek kontrapung juga bisa diterapkan pada alur melodi tunggal, yaitu dengan menggunakan teknik imitasi. Model kontrapun seperti ini dapat dijumpai pada karya-karya Bach, baik untuk permainan biola maupun cello tanpa iringan. Salah satu contohnya adalah Prelude dari Cello Suite No. 1 dalam C mayor, yang telah ditranskrip untuk notasi gitar dalam D mayor.

Contoh di atas memperlihatkan beberapa teknik untuk menimbulkan kesan kontrapung pada melodi tunggal. Meskipun hanya satu alur melodi tunggal dengan teknik imitatif, namun dapat menimbulkan kesan kontrapung.

Pada baris pertama terlihat adanya dua alur melodi. Melodi pertama berupa suara atas dalam nada-nada 1/16 (semi quaver), sedangkan pada alur melodi kedua tersusun dari skala D mayor menurun, mulai dari dominan (perhatikan nada-nada yang dilingkari). Untuk baris kedua (dari birama 31) meskipun kenyataannya tertulis dalam semi quaver tapi terlihat ada kesan melodi pada nada-nada quaver di alur suara kedua yang diiringi dengan nada-nada tinggi yang monoton pada alur suara pertama.