Mengenal Organ suara, Diksi , Artikulasi huruf mati, dan Artikulasi huruf hidup rangkap dalam Membentuk Suara

Table of Contents

Membentuk Suara

Bagaimana cara membentuk suara ? Kita dapat membentuk suara dengan mendengarkan secara seksama nada-nada yang dikeluarkan, kemudian menelungkupkan tangan pada daun telinga ke depan.

Pada awalnya calon penyanyi sering terganggu dengan apa yang dinamakan Hauch. Hauch adalah udara palsu dan liar yang terhempas bersamaan dengan nada nyanyian, yang mengakibatkan suara sampingan berdesis-desis. Oleh karena itu biasanya selama bernyanyi sekali-kali hidung ditutup, sambil memperhatikan apa ada muncul suara-suara hidung. Dalam hal ini, tentu ada bagian-bagian tenggorokan yang disempitkan.

Untuk dapat membentuk suara yang baik, perlu memahami beberapa hal seperti berikut

1 Mengenal Organ Suara

Suara yang dimiliki oleh seorang penyanyi, berasal dari selaput suara yang terdapat pada pangkal tenggorok dan didukung oleh organ-organ lain yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, suara sebagai modal utama dalam menyanyi harus benar-benar diperhatikan dan dijaga kesehatannya agar tidak mengalami kecelakaan sewaktu benar-benar menyanyi atau pentas.

organ suara

2 Artikulasi atau diksi

Bentuk atau sikap mulut ketika kita sedang menyanyi sangat mempengaruhi pembentukan nada yang akan dihasilkan. Kesalahan umum yang sering terjadi pada awal pelajaran menyanyi adalah bahwa kita tidak bisa membuka mulutnya, sehingga suara yang dihasilkan kurang jelas atau ada juga banyak orang yang dihinggapi rasa rendah diri, karena malu jika ditertawakan apabila membuka mulutnya terlalu lebar. Padahal dalam menyanyi tidak usah terlalu memikirkan bagaimana bentuk wajah atau mulut, asalkan bernyanyi dengan sewajarnya dan tidak dibuat-buat.

Diksi dan artikulasi yang baik dalam bernyanyi tergantung dari cara membuka mulut masing-masing penyanyi. Kadang-kadang sebelum belajar menyanyi terlebih dahulu harus belajar berbicara.

Untuk pembentukan huruf hidup, huruf mati, huruf rangkap perhatikan uraikan berikut ini


2.1 Artikulasi huruf hidup

Saat ini kita mengenal lima jenis huruf hidup yaitu huruf a, i, u, e, dan o. Untuk pengucapan atau pembentukan huruf hidup tergantung dari sikap rongga mulut terutama lidah. Untuk lebih jelasnya perhatikan cara pengucapan huruf hidup di bawah ini.

Huruf 'a'

Tidak semua orang dapat mengucapkan huruf 'a' secara jelas. Huruf 'a' sering diucapkan 'ou' atau 'eu'. Hal ini karena posisi mulut yang kurang terbuka, rahang bawah tidak bergerak ke bawah, lidah tertarik melengkung ke belakang. Karena itu ketika kita menyanyikan 'a' sebaiknya bibir membentuk seperti corong yang bundar dan rahang bawah diturunkan cukup jauh. Gigi atas dan bawah tidak tertutup oleh bibir, lidah terletak pada permukaan yang rata ujungnya menyentuh gigi bawah. Hal ini akan menghasilkan bunyi 'a' yang lebih baik.

Untuk memulai kalian dapat melakukan pernafasan yang tidak terlalu banyak, kemudian nyanyikan 'a' dengan permulaan lembut ..... lambat laun keras dan berakhir dengan lembut.

Perhatikan di akhir kata, biasa pengucapannya diikuti dengan 'm' yang tidak disengaja sewaktu mulut ditutup. Untuk hal ini, kita dapat memperlembut 'a' pada saat penutup dan menutup mulut sesudah suara 'a' menghilang.


Huruf 'i'

Pembentukan serta pengucapan huruf 'i', dilakukan pada bagian tengah dari lidah naik ke atas tetapi ujungnya tetap menyentuh gigi bawah. Waktu mengucapkan huruf 'i' dengan cara sudut bibir ditarik ke belakang, namun dalam menyanyikan 'i' bibir tetap membentuk corong, jadi bibir tetap membentuk lingkaran. Untuk melihat apakah posisi bibir sudah betul, sebaiknya kalian lakukan di depancermin dengan menyanyi 'pagi', 'lagi' dan sebagainya.


Huruf 'u'

pengucapan 'u' dilakukan dengan cara membentuk corong bibir yang dipersempit dan dimajukan ke depan. Sebaiknya celah bibir tetap membentuk sebuah corong yang bundar. Ujung lidah menyentuh gigi bawah dan sedikit dibusungkan di bagian belakang. Posisi rahang bawah turun secukupnya, hal ini dapat diperiksa dengan memasukkan jari diantara gigi atas dan gigi bawah. Agar mendapat sikap bibir yang baik sebaiknya dilatih di depan cermin dengan mengucapkan 'guru', 'satu', 'merdu' dan sebagainya.


Huruf 'e'

Untuk mendapatkan bunyi huruf 'e' yang bulat, kalian dapat membuat rahang bawah sedikit diturunkan sehingga tidak terlalu sempit, bibir juga tidak terlalu sempit tetapi seperti corong. Huruf 'e' pada kata 'tape' hampir sama dengan huruf 'i', untuk mengatasinya dengan mewarnai 'e' sedikit ke arah 'i'. Huruf 'e' dapat dilatih dengan kata seperti 'lele', 'rante' dan sebagainya.


Huruf 'o'

Huruf 'o' seperti pengucapan pada kata 'toko' memerlukan bentuk corong bibir yang bundar, untuk posisi lidah hampir sama dengan pengucapan huruf 'a'. Membentuk pengucapan kata 'pohon' berbeda yaitu dengan bentuk corong bibir diperlonjong dan sedikit dipersempit. Untuk mendapatkan sikap bibir yang baik dalam pengucapan huruf 'o' kalian dapat berlatih dengan kata-kata seperti 'bakso', 'sawo', dan sebagainya.


Semua huruf hidup diatas harus dilatih dengan sejelas-jelasnya, sehingga menghasilkan bunyi yang jernih. Huruf-huruf tersebut akan banyak dipengaruhi oleh bahasa daerah setempat. Misalnya pengucapan di Jawa Timur, Sumatra dan daerah lainnya, tentu akan berbeda pengucapannya dengan daerah Jawa Tengah. Untuk mendapatkan artikulasi bahasa Indonesia yang sempurna, hendaknya semua huruf dilatih dalam bermacam-macam penggunaannya.


2.2 Artikulasi huruf mati

Dalam menyanyikan huruf-huruf mati harus diucapkan sejelas-jelasnya khususnya pada akhir perkataan, misalnya hand tidak boleh menjadi hant, dan kand tidak menjadi kant.

Sedangkan huruf m, n dan ng tetap terdengar jelas. Huruf-huruf mati yang meletus seperti b, d, k, p, q, t harus betul-betul meletus. Pada l, d, t lidah difungsikan dengan baik. Pengucapan-pengucapan huruf mati ini memerlukan latihan khusus dan seksama, agar dapat menguasai artikulasi dengan baik.

Berbagai bunyi bahasa asing sering menyebabkan kesulitan untuk pengucapannya, oleh karena itu sebelum menyanyi dengan bahasa asing misalnya lagu-lagu bahasa Inggris, Perancis, Jerman dan sebagainya perlu dikonsultasikan dengan ahli bahasanya.

Huruf-huruf mati membawa ungkapan ekspresi yang khusus:
  • huruf 'h' membawa kesan megah
    misalnya pada kata 'hiduplah tanahku hiduplah negeriku'. 'tanah tumpah darahku'
  • huruf 'r' membuat kesan gembira
    misalnya pada 'sorak-sorak bergembira', 'bendera merah putih'
  • huruf 'ng' memberi kesan suatu harapan dan keyakinan yang dinyatakan dengan lantang
    misalnya pada 'kulihat terang, meski tak benderang'

Macam-macam Huruf Mati

Huruf-huruf mati dapat dibeda-bedakan menjadi dua jenis, yaitu huruf mati yang bisu dan huruf mati yang bersuara.

1. Huruf Mati yang Bisu

huruf mati merupakan 'bunyi bantu' untuk huruf hidup. Untuk huruf-huruf bisu perlu diperhatikan dengan baik, karena dalam nyanyian, huruf-huruf bisu mematikan bunyi huruf hidup.

Huruf-huruf mati yang bisu terdiri atas b, c, d, f, g, h, j, k, p, s, t, kh, sy. Sedangkan huruf-huruf mati yang bersuara terdiri atas l, m, n, r, v, y, z, ng.

Sebagai contoh huruf mati yang bisu, adalah pembentukan 'b' dan 'p' pada awal kata dalam nyanyian 'Merah Putih' ciptaan Ibu Sud. Dan 'Bagimu Negri' ciptaan Kusbini.


2. Huruf Mati Bersuara

Huruf mati yang bersuara, bila diucapkan mempunyai gejala resonansi dan merupakan jembatan antara dua huruf hidup, oleh karena itu suasana lagu terasa ringan dan melayang. Untuk membentuk huruf-huruf mati yang bersuara, harus memperhatikan resonansi. Semua huruf hendaknya dibunyikan dengan cukup kuat tapi ringan, terutama jika dipakai setelah huruf tertutup yang singkat.
Sebagai contoh huruf mati yang bersuara, adalah pembentukan huruf 'm', 'n', dan 'ng':
  • Untuk membentuk huruf 'm', bibir dikatupkan dengan ringan dan tidak ditekan. Gigi tidak dirapatkan, rongga mulut seluas mungkin.
  • Untuk membentuk huruf 'n', ujung lidah menyentuh ringan pada belakang gigi atas. Waktu membentuk 'ng' ujung lidah diletakkan seperti ucapan 'a'.
Contoh:
Emm .......... maa................ amm
Enn............. naa.................ann
Eng..............nga..................ang

Pada ucapan 'ng' ada bahaya suara terjepit dalam leher. Biasanya ada orang yang suaranya mengandung 'ng' tanpa disadari. Hal itu disebut dengan suara hidung atau sengau. Cara untuk menyadarkannya adalah dengan menyadari bunyi 'ng' itu sendiri yang kemudian dialihkan ke bunyi huruf hidup.


2.3 Artikulasi huruf hidup rangkap (dipotong)

Penggunaan kata-kata dengan huruf rangkap banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia, seperti:
  1. 'au' pada kata anggota, saudara, limau dan sebagainya
  2. 'ai' pada kata selai, gulai, pantai dan sebagainya
  3. 'oi' pada kata sepoi, amboina, lisoi dan sebagainya
Huruf-huruf yang mendahului adalah huruf terbuka dan diikuti dengan huruf tertutup. Cara pengucapannya adalah huruf yang mendahului diucapkan lebih lama dan sedikit ditekan, kemudian beralih dengan luwes ke dalam bunyi yang mengikutinya. Dalam peralihan itu sering terjadi bunyi yang lain misalnya pada kata 'au' menjadi 'ow' atau 'ai' menjadi 'ey'. Agar nyanyian tetap indah maka pengucapannya jangan berubah pada satu bunyi saja dan jangan juga kedua huruf tersebut ditekan satu-satu.