Pengertian, Faktor-Faktor yang Memengaruhi, dan Pengaruh Interaksi

Table of Contents

Pengertian Interaksi

Interaksi dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, ketampakan, ataupun permasalahan baru.


Contohnya ada dua daerah, yaitu desa X dan kota Y. Wilayah X adalah daerah perdesaan sebagai penghasil sumber bahan pangan, seperti padi, sayur mayur, dan buah-buahan. Sedangkan wilayah Y adalah daerah perkotaan yang menjadi sentra industri pertanian.


Beberapa jenis produk industri yang dihasilkan sebagai pendukung kegiatan pertanian diantaranya seperti pupuk dan alat-alat pertanian.


Perbedaan produk antara kedua wilayah tersebut dalam hal ini mengakibatkan terjadinya interaksi. Untuk memasarkan hasil pertaniannya, penduduk desa X menjual ke kota Y yang sebagian besar memiliki masyarakat yang bekerja pada sektor industri.


Sebaliknya, produk-produk industri dari kota Y didistri busikan ke desa X yang sangat memerlukan teknologi pertanian berupa pupuk dan perkakas sehingga dapat memperlancar kegiatan bertaninya. Akibatnya, terjalinlah hubungan timbal balik antara desa X dan kota Y.


Ilustrasi di atas ini memberi gambaran bahwa pada prinsipnya interaksi keruangan memiliki hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih, di mana terjadi pergerakan atau mobilitas manusia atau penduduk, barang dan jasa, gagasan, serta informasi.


Hubungan timbal balik dapat menimbulkan gejala atau ketampakan baru, baik yang sifatnya positif maupun negatif.



Faktor-Faktor yang Memengaruhi Interaksi

Pola dan kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih sangat dipengaruhi oleh keadaan alam serta sosial daerah yang bersangkutan, serta kemudahan yang mempercepat proses hubungan kedua wilayah.


Menurut Edward Ullman, terdapat tiga faktor utama yang mendasari atau memengaruhi timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu
  1. Adanya Wilayah-Wilayah yang Saling Melengkapi atau Regional Complementary
  2. Adanya Kesempatan untuk Berintervensi atau Intervening Opportunity
  3. Adanya Kemudahan Transfer atau Pemindahan dalam Ruang atau Spatial Transfer Ability


a. Adanya Wilayah-Wilayah yang Saling Melengkapi atau Regional Complementary

Regional Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang berbeda dari segi ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada wilayah yang kelebihan surplus sumber daya, seperti produksi pertanian dan bahan galian, dan di lain pihak ada daerah yang kekurangan atau minus jenis sumber daya alam tersebut.


Adanya dua wilayah yang surplus dan minus sumber dayanya sangat memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling melengkapi kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen dan konsumen.


Regional Complementary

b. Adanya Kesempatan untuk Berintervensi atau Intervening Opportunity

Kesempatan berintervensi dapat diartikan sebagai kemungkinan perantara yang dapat menghambat terciptanya interaksi antarwilayah.


Melemahnya Interaksi Akibat Intervening Opportunity

Berdasarkan gambar diatas, sebenarnya secara potensial antara wilayah A dan B sangat memungkinkan terjalin interaksi karena masing-masing wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga dapat berperan sebagai produsen dan konsumen. Dikarena ada wilayah lain, dalam hal ini wilayah C yang menyuplai kebutuhan wilayah A dan B maka kekuatan interaksi antara A dan B menjadi lemah.


Dalam hal ini, wilayah C berperan sebagai intervening area atau sebagai wilayah perantara.


Intervening opportunity dapat juag diartikan sebagai sesuatu hal atau keadaan yang dapat melemahkan jalinan interaksi antarwilayah karena adanya sumber alternatif pengganti kebutuhan.


Melemahnya Interaksi Akibat Sumber Daya Alternatif

c. Adanya Kemudahan Transfer atau Pemindahan dalam Ruang atau Spatial Transfer Ability

Faktor lain yang memengaruhi kekuatan interaksi adalah kemudahan pemindahan manusia, barang, jasa, gagasan, serta informasi antara satu wilayah dan wilayah lainnya.


Kemudahan pergerakan antarwilayah juga sangat berkaitan dengan:
  1. jarak antarwilayah, baik jarak mutlak maupun relatif
  2. biaya transportasi
  3. kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana transportasi antarwilayah.
  4. Zona Interaksi Kota-Desa


Pola-pola Konsentrik Pada Zona-zona Interaksi Antara Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Menurut Bintarto

Menurut Bintarto, zona-zona interaksi antara wilayah perkotaan dan perdesaan membentuk pola-pola konsentrik, yaitu sebagai berikut.
  1. City diartikan sebagai pusat kota
  2. Suburban atau sub daerah perkotaan adalah suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan pusat kota.
    Wilayah suburban merupakan tempat tinggal para penglaju atau penduduk yang melakukan mobilitas harian ke kota untuk bekerja.
  3. Suburban fringe atau jalur tepi subdaerah perkotaan, adalah suatu wilayah yang melingkari sub-urban, atau peralihan antara kota dan desa.
  4. Urban fringe atau jalur tepi daerah perkotaan paling luar adalah semua batas wilayah terluar suatu kota.
    Wilayah ini ditandai oleh sifat-sifatnya yang serupa dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat kota.
  5. Rural urban fringe atau jalur batas desa dan kota adalah suatu wilayah yang terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan lahan campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
  6. Rural atau daerah perdesaan

Zona Interaksi

Pengaruh Interaksi

Wujud interaksi kota-desa yang paling sering dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
  1. Pergerakan barang dari desa ke kota, atau sebaliknya
  2. Pergerakan gagasan dan informasi, utamanya dari kota ke desa
  3. Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah
  4. Pergerakan manusia, baik dalam bentuk bekerja, rekreasi, menuntut ilmu, ataupun keperluan-keperluan lainnya

Proses interaksi yang terjadi terus menerus dengan intensitas yang relatif tinggi tentunya dapat menimbulkan pengaruh, baik dari sisi wilayah perdesaan maupun perkotaan. Pengaruh ini dapat bersifat negatif ataupun positif.


Beberapa contoh media yang menyebabkan adanya perubahan bagi kawasan perdesaan karena proses interaksi antara lain melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan mahasiswa, kegiatan ABRI Masuk Desa (AMD), tenaga sukarela untuk pembangunan desa-desa terpencil baik yang dikirim pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), program pembangunan desa, dan media-media lainnya.



Pengaruh Positif Yang Timbul dari Interaksi Kota dan Desa

Pengaruh positif yang dapat timbul akibat adanya interaksi kota-desa adalah sebagai berikut.
  1. Tingkat pengetahuan penduduk meningkat
  2. Adanya lembaga pendidikan di perdesaan dapat memberikan sumbangsi yang sangat berarti dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan penduduk untuk turut serta dalam proses pembangunan.
  3. Tingkat ketergantungan desa dengan kota sedikit demi sedikit dapat berkurang karena wilayah desa terus mengalami perkembangan ke arah kemandirian.
  4. Melalui pengembangan sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan kota dengan desa, wilayah perdesaan akan menjadi semakin terbuka.
    Terbukanya keisolasian wilayah desa dapat meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat
  5. Masuknya unsur-unsur teknologi dalam wilayah perdesaan dapat lebih meningkatkan proses produksi dan pengelolaan sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
  6. Bagi masyarakat kota, proses interaksi dengan wilayah pedesaan juga memiliki pengaruh yang positif, seperti terdistribusinya barang-barang hasil pertanian, perkebunan, dan barang-barang yang lain untuk memenuhi konsumsi penduduk kota.


Pengaruh Negatif Yang Timbul dari Interaksi Kota dan Desa

Adapun contoh pengaruh negatif interaksi kota dengan desa adalah sebagai berikut.
  1. Gerakan penduduk desa ke kota dapat mengurangi jumlah penduduk desa usia produktif yang diharapkan dapat membangun desanya
  2. Banyak lahan pertanian di desa yang terlantar karena penduduknya berurbanisasi
  3. Timbulnya gejala urbanisme