Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati

Table of Contents

Perhitungan biaya produksi makanan awetan berbahan dasar nabati pada dasarnya sama saja dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat atau gedung, dan lain-lain), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead).


Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan dalam membeli bahan baku. Bahan baku dapat berupa bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan.


Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk.


Dalam menentukan harga jual juga harus memperhatikan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan.


Titik impas atau Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapai titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan.


Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah semua biaya yang harus dikeluarkan dalam terjadinya produksi barang.


Unsur biaya produksi adalah biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan ke dalam
  1. Biaya overhead tetap, adalah biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah meskipun jumlah produksinya berubah
  2. Biaya overhead variabel, adalah biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional bersesuaian dengan perubahan jumlah produksi.

Biaya yang termasuk dalam biaya overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan demi mendukung jalannya proses produksi, biaya pembelian bahan bakar minyak, benang, jarum, sabun atau pembersih untuk membersihkan bahan baku, lem serta bahan lainnya.


Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi (HPP).

Berikut ini adalah contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya.


Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya (buah dan kuah). Unsur Biaya Produksi:
  1. Biaya Investasi
  2. Biaya Produksi
    • Biaya Tetap
    • Biaya Tidak Tetap

Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi. Biaya tetap dan biaya tidak tetap atau variabel untuk lidah buaya dapat ditampilkan seperti di bawah ini. Ini sebagai bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausahaan jenis produk lainnya.



1. Investasi Alat dan Mesin

Investasi alat dan mesin, adalah pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.


Tabel Investasi Alat dan Mesin Lidah Buaya
No Jenis Alat Jumlah (unit) @(dalam ribu Rp) ∑ (dalam ribu Rp)
1 Cup sealer manual 1 1.200 1.200
2 Pisau 5 20 100
3 Talenan 5 15 75
4 Baskom plastik 5 25 125
5 Panci Stainless Steel 2 300 600
6 Kompor 1 600 600
7 Literan 2 20 40
8 Timbangan 1 200 200
9 pH Meter 1 400 400
10 Refraktometer 1 1.500 1.500
11 Alat lainnya 1 paket 200 200
Jumlah (Rp) 5.040
Biaya Penyusutan / bulan = total investasi / umur alat =(5.040/60 bulan) 84


2. Biaya Tidak tetap (Variabel)

Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Disini biaya tidak tetap bisa berubah sesuai jumlah produksinya.


Biaya tidak tetap, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan.


Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku dapat ditampilkan seperti tabel berikut.


Tabel Biaya Tidak Tetap Lidah buaya
No. Bahan baku Jumlah @ (ribu Rp) Harga (ribu Rp)
1 Lidah Buaya 100kg 4 400
2 Sirup 70 liter 5 350
3 Kemasan mangkok 525 0,3 157,5
4 Tutup mangkok 525 0,05 26,25
5 Kardus 22 2 44
6 Sendok 525 0,08 42
7 Lakban 2 10 20
Jumlah per satu kali produksi (Rp) 1.039,75
Jumlah per bulan (Rp) 20.795


3. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dan jumlahnya bersifat tetap setiap bulannya, berapa banyak-pun jumlah produksinya.


Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik atau air, gas, penyusutan alat, dan lainnya.


Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji seperti pada tabel di bawah.


Tabel Biaya Tetap Lidah buaya
Items Jumlah (dalam ribu Rp)
Tenaga kerja tetap (6 orang x Rp 750.000) 4.500
Listrik/air 1.500
Gas 1.200
Penyusutan Alat 84
Biaya lainnya 100
Total biaya per bulan 7.384
Total biaya per hari 369,2


4. Total Biaya

Total biaya adalah jumlah total atau keseluruhan dari biaya tidak tetap dan biaya tetap.


Dari proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap
Total biaya = Rp 1.039.750 + Rp 369.200
Total biaya = Rp 1.408.950


5. Harga Pokok Produksi (HPP)

Harga Pokok Produksi (HPP) adalah harga pokok suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, maka produsen tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak memperoleh kerugian.


HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP yang ditambah dengan margin keuntungan yang akan diambil.


Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah
Total Biaya / Jumlah produksi
Rp 1. 408.950,- / 500 = Rp. 2.818,-

6. Harga Jual

Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan oleh pembeli untuk memperoleh produk tersebut.


Harga jual dapat ditentukan melalui pertimbangkan HPP dan juga produk pesaing.


Harga jual termasuk didalamnya harga dari pabrik dan harga konsumen.


Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi (agen, toko, counter, dan sebagainya) tentu juga harus mendapatkan keuntungan.


Produk lidah buaya berkemasan mangkok ini, memiliki HPP-nya sebesar Rp 2.818,- dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar Rp 5.000,- hingga Rp 7.000,-. Ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp 4.000,-, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya akan berkisar Rp 4.500,- sampai Rp 6.000,-.


Tabel Harga jual lidah buaya
No. Satuan Harga satuan (dalam ribu Rp)
1 Mangkok 240 gram 4
2 Karton isi 12 mangkok 48


7. Penerimaan Kotor

Penerimaan kotor adalah jumlah uang penerimaan yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong dengan total biaya.


Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada tabel di bawah.


Tabel Penerimaan Kotor Lidah Buaya
Jenis Kemasan Jumlah (cup) Satuan (Rp) Total (Rp)
Mangkok 240 g 500 4.000 2.000.000
Total (Rp) 2.000.000


8. Pendapatan Bersih (Laba)

Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang diperoleh oleh perusahaan, setelah dipotong dengan total biaya.


Pada produksi lidah buaya, jumlah penerimaan bersih meliputi:
Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya
Pendapatan Bersih = Rp 2.000.000 – Rp 1.408.950
Pendapatan Bersih = Rp 591.050

Jadi perkiraan pendapatan dalam satu kali produksi, atau dengan jumlah 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba atau keuntungan sebesar Rp 591.050,- (lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah).