Solusi Interval Pythagoras dalam Alat Musik dan Komposisi
Table of Contents
Penyelesaian persoalan terts Pythagores secara teori telah mencapai usaha penyelesaian dalam alat-alat musik yang memiliki nada-nada tetap seperti spinet, clavicimbel, dan harpsichord. Persoalan pertama timbul dalam beberapa hal pada sistem Pythagoras yang bertentangan dengan sistem murni. Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan ini dilakukan dua tahap, yaitu
kompromi tahap pertama, ditujukan agar pada alat-alat ini dilakukan penalaan yang menghasilkan tangga nada yang dapat memainkan sistem murni, sedangkan sisanya menjadi sumbang. Oleh sebab itu modulasi hanya dapat dilakukan secara terbatas. Kompromi tahap pertama ini dipelopori oleh Arnold Schlick dalam Spiegel der Orgel Macher und Organiste (Mainz,1577). Sistem penalaan yang dipelopori oleh Arnold Schlick dikenal dengan sebutan Mittelton-Temperatur, caranya adalah dengan membagi kedua terts menjadi empat. Terts Pythagoras akan lebih tinggi satu syntonische komma dari terts murni yang dihasilkan dengan cara merangkaikan empat kwint Pythagoras, maka setiap 1/4 syntonische komma tersebut ditambahkan kepada keempat kwint yang membentuknya.
Setelah perkembangan musik semakin maju orang-orang mulai menuntut modulasi yang lebih banyak. Kompromi tahap akhir ini dibuat oleh Johann George Neithardt dalam Erschopfte, Mathematische Abtheiklungen der Diatonische-Chromatischen, Temperirten Canonis Monochordi (Berlin,1732). Adapun sistemnya dikenal dengan Wohl Temperierte Stimung, yaitu masalah pertentangan kedua terts yang berhasil diselesaikan dengan membagi oktaf menjadi 12 nada dengan interval di antara nada-nadanya memiliki jarak yang sama besar.
Penyelesaian masalah terts Pythagoras pada instrumen-instrumen yang bernada tetap rupanya telah mendapat tanggapan dari komposer jenius periode Barok, yaitu J.S. Bach (1685-1750). Ia menciptakan karya musik untuk klavier (piano) dengan menggunakan seluruh kapasitas modulasi dari penalaan tersebut, yang kemudian ditulis ke dalam sebuah buku berjudul Das Wohl Temperierte Klavier. Buku tersebut berisi rangkaian Prelude dan Fugue yang disusun dalam 12 kunci mayor dan 12 kunci minor sehingga jumlah seluruh karya tersebut menjadi 24 buah.
Kurang lebih 20 tahun J.S. Bach (1685-1750) menulis seri kedua dengan struktur yang sama. Karena teraturnya perkembangan musik serius sejak awal abad Masehi hingga akhir abad ke-19, maka para ahli sejarah kebudayaan menjadikan peristiwa ini sebagai objek kajian khusus dalam bidang sejarah musik. Para ahli sejarah musik membagi periodisasi sejarah musik ke dalam fase-fase tertentu yaitu: Late Medieval (1400-1450 M), Renaissance (1450-1600), Baroque (1600-1725), Rococo (1725-1775), Classicism (1775-1825), Romanticism (1810-1870), Post-Romanticism (1870-1925), Modern (1900-1950).
Periode-periode tersebut didasarkan atas perubahan-perubahan mendasar baik dari segi konsep, alat musik, maupun gaya musik. Ciri-ciri perubahan setiap periode ditandai oleh individualisme seorang komposer sebagai pelopor yang berusaha keluar dari norma-norma yang secara membudaya disepakati oleh masyarakat musik setiap periode yang bersangkutan. Ciri lain yang mendasar ialah adanya perubahan-perubahan pada akhir periode Romantik berpijak di atas konsep dasar teoritis yang diformulasikan oleh Rameau.
Kristalisasi bentuk musik terjadi pada masa Klasik, sehingga gaya komposisi yang berkembang dipengaruhi dari bentuk musiknya. Kebanyakan komposisinya diciptakan untuk permainan instrumental. Bentuk yang didasari ilmu harmoni yang kokoh telah melahirkan "bentuk sonata klasik". Istilah "bentuk" ini kemudian diterapkan dalam ensambel-ensambel musik kamat seperti duet, trio, kuartet, konserto, simfoni, dan sebagainya.
Periode Romantik lebih didominasi sikap emosional, dalam hal ini merupakan wadah, jadi yang penting adalah emosi. Harmoni mulai agak menyimpang dan bergerak bebas mengikuti emosi. Periode ini sebenarnya merupakan bagian dari reaksi kultural yang menyeluruh dari peristiwa Revolusi Perancis.
Pada masa Post-Romantik, orkestra perlahan mengalami perluasan. Gaya nasionalisme mulai dikembangkan di berbagai negara. Di Perancis mulai tumbuh aliran impresionisme yang dipelopori oleh Ravel dan Debussy. Gaya musik Debussy di antaranya terpengaruh oleh musik tradisional Bali. Dalam gaya musiknya salah satu ‘kaki’-nya masih berada dalam kerangka tonalitas dan ‘kaki’ yang satunya lagi mulai memasuki era Modern, dengan konsep whole tone yang di inspirasikan oleh musik Bali, dan keluar dari konsep konvensional.
Di era Modern musik serius non-tradisional mulai menyebar luas ke berbagai negara seperti di Amerika maupun Asia, asumsi orang sudah tidak menganggap musik ini sebagai musik Eropa, karena berbagai unsur-unsur di luar norma-norma lama mulai bisa dilibatkan dalam musik serius non-tradisional. Musik serius non-tradisional mulai lepas landas, konsep Rameau sudah dianggap kuno.
Konsep tonal masih diterapkan secara sederhana pada musik hiburan non-tradisional. Walaupun para senimannya berusaha untuk keluar dari norma-norma tersebut, akhir mereka kembali menyederhanakan kembali karena bila tidak akan kehilangan pasar.
Dari uraian dalam makalah ini dapat kita lihat bahwa konsep teori evolusi kebudayaan masih relevan untuk hal-hal tertentu, jadi walaupun sejak akhir abad ke-19 telah bermunculan teori-teori mutakhir, konsep ini masih perlu dipertimbangkan oleh para peneliti di bidang kebudayaan.
Hal lain yang bisa disimpulkan adalah bahwa musik serius non-tradisional mempunyai garis evolusi tersendiri, tidak bisa dianalogikan dengan perkembangan musik tradisional yang hingga kini masih hidup.
Musik serius pada mulanya memiliki kecenderungan yang sama dengan musik-musik lainnya di luar Eropa, tetapi karena sejak awal masa peradaban, musik serius dikembangkan secara teoritis maka sejak itulah mengambil jalur yang terpisah dengan musik tradisional, ibaratnya seperti musik serius memakai "jalan tol", musik tradisi Eropa hingga kini masih tetap dalam bentuk aslinya.
Dari segi yang lain jika kita melihat perkembangan terakhir musik serius tersebut, kita bisa mengatakan bahwa musik yang ada sebelum periode modern menjadi tradisional sebagai lawan pengertian modern. Tetapi jika mengacau pada pengertian ciri-ciri masyarakat "tradisional" dan "modern", jelas hal tersebut tidak relevan, sebagai salah-satu contoh adalah bahwa musik serius modern sejak awal perkembangannya selalu dicetuskan oleh individu, sementara musik tradisional oleh kelompok. Contoh lain dapat kita jumpai dari bentuk fisik instrumennya.