Formulasi Interval Pythagoras

Table of Contents

Dengan berpegang pada Pareia dan juga ahli teori musik Yunani terakhir yaitu Ptolemaios, Zarlina mengembangkan sistem pembagian senarius. Sebelumnya formulasi Pareia baru ada setelah hampir satu abad, sejak dari Gioseffo Zarlino (1517-1590) di Italia.

Berdasarkan karya Venice berjudul Le Institutioni Harmoniche. Zarlino memberikan landasan yang kokoh tentang susunan tangga nada mayor dan minor. Selain menolak terts Pythagoras Dia juga menentang tangga nada hexachord oleh Guido Aretinius von d’Arezo yang menolak nada ’si’, karena dengan tidak adanya nada tersebut maka tidak bisa dibentuk akor atau trinada dominan.

Dalam menyusun sebuah tangga nada Guido d’Arezzo menggabungkan dua tetrachord yang sama secara bersambung untuk menghindari interval tritonus yang ditimbulkan oleh nada ke-7 atau si, sehingga tangga nadanya hanya terdiri enam nada, yaitu do, re, mi, fa, sol, dan la.

Zarlino juga menyusun tangga nada mayor dan minor dengan menggunakan media yang serupa seperti yang dilakukan oleh Pythagoras yaitu dengan menggunakan perbandingan panjang–pendeknya dawai, namun Dia melakukannya dengan cara yang berbeda. Tangga nada mayor diperoleh melalui pembagian harmonis dengan cara membagi senar hingga pembagian yang keenam

Tabel Pembagian Harmonis
Tabel Pembagian Harmonis
Untuk memperoleh tangga nada minor, Zarlino melakukan penyusunan aritmatik yang juga berhenti pada urutan ke-enam. Pertama Dia menentukan unit terkecil dari panjang dawai, kemudian dikalikan secara bertingkat.

Tabel Susunan Aritmatis
Tabel Susunan Aritmatis
Berdasarkan kedua cara yang dilakukan oleh Zarlino di atas dapat dimaklumi bahwa tangga nada mayor adalah kebalikan dari tangga nada minor. Para ahli sebelumnya beranggapan bahwa kedua tangga nada tersebut masing-masing berdiri sendiri.

Pada abad ke-17, sistem pembagian dawai sudah tidak digunakan lagi. Tangga nada maupun harmoni disusun menggunakan deretan nada ”alam”. Teori pertama tentang nada-nada ”alam” dikemukakan pertama kali oleh Marin Mersene yang merupakan seorang filsuf yang juga ahli fisika dalam Hamonie Universelle (Paris,1636-37).

Para ahli teori musik abad ke-20 berselisih tentang penemu overtone-series. Umumnya mereka menduga bahwa penemunya adalah Joseph Sauveur, seorang ahli fisika dalam Memoires de L’Academie Royale des Sciences (Paris,1701). Namun, pendapat tersebut ditentang oleh Dr. Helmut Ludwig yang menyebut bahwa Marin Mersene yang telah menemukan overtone-series dan mendemonstrasikannya pada dawai-dawai rendah dari alat musik lute dengan frekuensi 1:2:3:4:5. Katanya Joseph Sauveur hanya melanjutkan saja hasil penemuan Marin Mersene dengan melakukan pembuktian secara fisika.

Zaman Zarlino dan Zaman Mersena mungkin jarang disebutkan dalam sejarah musik, karena kedua tokoh ini tidak berkaitan secara langsung dengan karya-karya musik. Meskipun begitu, dalam sejarah estetika kedua ahli tersebut dikenal sebagai pemikir estetik untuk periode Renaisans yang banyak berbicara tentang musik dan puisi.

Penemuan kedua ahli musik tersebut membuktikan secara fisika bagaimana diformulasikan ke dalam teori musik yang merupakan dasar-dasar pengembangan teori musik di abad-abad berikutnya, oleh Jean Philippe Rameau (1683-1764) dalam Traite de L’Harmonie (Paris,1722). Dia menerapkan penemuan overtone-series ke dalam ilmu harmoni sehingga sekarang orang menyebutnya sebagai ”Bapak Harmoni”. Dia menjelaskan bahwa semua musik dapat disusun dari harmoni berdasarkan prinsip-prinsip alami: ”Rameau maintained that all music is founded on harmony, which arises from natural principles derived from the mathematical and physical bases of a vibrating body (corp sonore)”.

Melalui dasar penemuan Zarlino yang mengadopsi perhitungan matematis senario dan penggunaan metodologi empiris Descrates, Dia berpendapat bahwa kesatuan harmoni yang esensial, terwakili dalam bunyi dasar atau fundamental sound.