Teori Interaksi dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah

Table of Contents

Kita tahu bahwa interaksi keruangan merupakan suatu hubungan timbal balik atau resiprocal relationship yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan, atau permasalahan baru.



Tiga Faktor Utama Yang Mempengaruhi Kuat Lemahnya Interaksi Perwilayahan

Kuat lemahnya interaksi sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu sebagai berikut
  1. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi atau regional complementary
  2. Adanya kesempatan untuk berintervensi atau intervening opportunity
  3. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang atau spatial transfer ability


Tiga Interaksi Keruangan

Ada beberapa ahli yang mengembangkan teori interaksi spasial, seperti K.J. Kansky dan W.J. Reilly.


Penerapan teori-teori interaksi dapat diterapkan dalam perencanaan pembangunan. Sebagai contoh, penempatan lokasi pusat pelayanan masyarakat, pembangunan prasarana transportasi yang dapat membuka keterasingan suatu wilayah dari wilayah lain, dan kemajuan informasi serta teknologi.


Terdapat beberapa contoh teori interaksi keruangan diantaranya adalah
  1. Model Gravitasi
  2. Teori Titik Henti
  3. Teori Grafik


1. Model Gravitasi

Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan pada disiplin ilmu Fisika oleh Sir Issac Newton pada tahun 1687.


Inti teori gravitasi adalah dua buah benda yang memiliki massa tertentu akan memiliki gaya tarik menarik antara keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi.


Kekuatan gaya tarik menarik akan berbanding lurus terhadap hasil kali kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda tersebut.


Secara matematis, model gravitasi Newton ini dapat dituliskan dalam rumus berikut ini.


G = g.((mA.mB)/(dA.B))2
Keterangan
  • G, adalah kekuatan gravitasi antara dua benda (cm/det2)
  • g, adalah tetapan gravitasi Newton, besarnya 6,167 x 10 -8cm3/gram.det2
  • mA, adalah massa benda A (gram)
  • mB, adalah massa benda B (gram)
  • dA.B, adalah jarak antara benda A dan B

Model gravitasi Newton ini diterapkan oleh W.J. Reilly pada tahun 1929. W.J. Reilly adalah seorang ahli geografi yang mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih.


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan W.J. Reilly, Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut.


Untuk mengukur kekuatan interaksi antarwilayah tersebut digunakan rumus sebagai berikut.


IA.B = k.((PA.PB)/(dA.B)2)
Keterangan:
  • IA.B, adalah kekuatan interaksi antara wilayah A dan B
  • k, adalah angka konstanta empiris, nilainya 1
  • PA, adalah jumlah penduduk wilayah A
  • PB, adalah jumlah penduduk wilayah B
  • dA.B, adalah jarak wilayah A dan wilayah B


Contoh Soal Model Gravitasi Newton

Kita misalkan ada 3 buah wilayah A, B, dan C, dengan data sebagai berikut.
  1. Jumlah penduduk wilayah A adalah 20.000 jiwa, B adalah 20.000 jiwa, dan C adalah 30.000 jiwa
  2. Jarak antara A ke B adalah 50 km, dan B ke C adalah 100 km
  3. g1
Ditanya:
  1. Yang manakah dari ketiga wilayah tersebut yang lebih kuat interaksinya ?
  2. Apakah antara wilayah A dan B atau antara B dan C ?
Diketahui:
  • PA = 20.000 jiwa
  • PB = 20.000 jiwa
  • PC = 30.000 jiwa
  • dA.B = 50 km
  • dB.C = 100 km
  • k = 1
Jawab:

Pertanyaan pertama, perhitungan kekuatan interaksi antara wilayah A dan B sebagai berikut.
IA.B = k((PA.PB)/(dA.B))/dA.B2
IA.B = 1.(((20.000).(20.000))/502)
IA.B = 400.000.000/2.500 = 160.000

Model gravitasi termasuk suatu analisis atau kajian kesamaan dari suatu wilayah.
Model gravitasi digunakan untuk penelaahan dan upaya memprediksikan lingkungan di dua wilayah yang berbeda.


Kedua, perhitungan kekuatan interaksi antara wilayah B dan C sebagai berikut.
IB.C = k((PB.PC)/(dB.C)2)
IB.C = 1 (20.000 x 30.000)/1002
IB.C = 600.000.000/10.000 = 60.000


Ketiga, perbandingan kekuatan interaksi wilayah A dan B dengan wilayah B dan C adalah 160.000 : 60.000 atau 8 : 3.
Berdasarkan perbandingan ini, potensi penduduk untuk mengadakan interaksi terjadi lebih kuat antara wilayah A dan B jika dibandingkan antara wilayah B dan C.
g2

Keterangan:
Tanda panah menunjuk tingkat interaksi dan perbandingan kekuatan potensi interaksi.



Persyaratan Wilayah Untuk Dapat Menggunakan Formula Reilly

Perbandingan potensi interaksi antarwilayah dengan memanfaatkan formula yang dikemukakan Reilly, dapat diterapkan jika kondisi wilayah-wilayah yang dibandingkan memenuhi persyaratan tertentu.


Adapun persyaratan yang saya sebutkan adalah sebagai berikut.
  1. Kondisi sosial-ekonomi
    Yang termasuk dalam kondisi sosial-ekonomi adalah tingkat pendidikan, mata pencarian, mobilitas, dan kondisi sosial-budaya penduduk setiap wilayah yang dibandingkan relatif memiliki kesamaan.
  2. Kondisi alam
    Kondisi alam pada tiap wilayah relatif sama, terutama berkaitan dengan kondisi topografinya.
  3. Keadaan sarana dan prasarana Keadaan sarana dan prasarana seperti transportasi yang menghubungkan wilayah-wilayah yang dibandingkan relatif sama.

Ketiga persyaratan di atas didasarkan pada kenyataan bahwa secara teoretis (pada contoh soal di atas) potensi wilayah A untuk berinteraksi dengan wilayah B cenderung jauh lebih besar dibandingkan antara wilayah B dan C.


Sebaliknya, jika kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan wilayah B dan C jauh lebih baik jika dibandingkan antara A dan B, maka tetap saja potensi interaksi antara B dan C akan menjadi jauh lebih besar.


Sama juga halnya dengan persyaratan lainnya, seperti kondisi kependudukan dan topografi dari suatu wilayah.



2. Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)

Teori Titik Henti atau Breaking Point Theory merupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi Reilly.


Teori titik henti memberikan gambaran bahwa perkiraan posisi garis batas memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya.


Teori Titik Henti juga dapat digunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan ini dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.


Dalam teori ini, jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan (atau pelayanan sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan. Namun, berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota yang lebih sedikit penduduknya.


Untuk lebih mudah memahami teori ni, perhatikan rumus Teori Titik Henti di bawah ini.


g3

Contoh soal Teori Titik Henti

Kota A memiliki jumlah penduduk sebanyak 20.000 jiwa, sedangkan kota B memiliki jumlah penduduk sebanyak 30.000 jiwa. Jarak antara kota A ke kota B adalah 100 kilometer. Di manakah lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis agar terjangkau oleh penduduk setiap kota tersebut ?
Diketahui:
  • dA.B = 100 km
  • PA = 20.000 jiwa
  • PB = 30.000 jiwa
  • k = 1
Ditanyakan:
Tentukan dimana titik henti ?
g4

Berkaitan dengan perencanaan pembangunan wilayah, Model Gravitasi dan Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan faktor lokasi.


Model Gravitasi dan Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan untuk merencanakan pusat-pusat pelayanan masyarakat, seperti pusat perdagangan (pasar, super market, bank), kantor pemerintahan, sarana pendidikan dan kesehatan, lokasi industri, ataupun fasilitas pelayanan jasa masyarakat lainnya.


Tahukah kamu !!!
Geografi regional adalah bagian dari kajian geografi wilayah dengan segala ruang lingkupnya.
Kajian geografi regional sangat erat kaitannya dengan karakteristik dari suatu wilayah.


3. Teori Grafik

Salah satu faktor yang mendukung kekuatan serta intensitas interaksi antarwilayah adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya.


Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur udara, jalan melalui laut, tentunya sangat memperlancar laju dan pergerakan distribusi manusia, barang, serta jasa antarwilayah.


Suatu wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola jaringan transportasi.


Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.


Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubungkan dengan satu jalur jalan tentunya memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua wilayah yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.


Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah berdasarkan struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, maka K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik dengan membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana penghubung kota-kota tersebut.


Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan Indeks Konektivitas.


Semakin tinggi nilai indeks konektivitas, maka semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota atau wilayah yang sedang dikaji.


Hal ini juga berpengaruh pada potensi pergerakan manusia, barang, serta jasa karena prasarana jalan sangat memperlancar tingkat mobilitas antarwilayah.


Untuk menghitung indeks konektivitas, kita rumus sebagai berikut.


β = e/v
Keterangan:
  • β, adalah indeks konektivitas
  • e, adalah jumlah jaringan jalan
  • v, adalah jumlah kota


Contoh Soal Menentukan Indeks Konektivitas

Coba bandingkan indeks konektivitas dua wilayah seperti pada gambar di bawah ini
g5
Diketahui:
  • Wilayah A:
    • e = 9
    • v = 6
  • Wilayah B:
    • e = 10
    • v = 7
Ditanyakan:
indeks konektivitas ( β )?
Jawab:
  1. Wilayah A
    1. jumlah kota (v) = 6
    2. jumlah jaringan jalan (e) = 9
    3. β = e/v = 9/6 = 1,5
  2. Wilayah B
    1. jumlah kota (v) = 7
    2. jumlah jaringan jalan (e) = 10
    3. β = e/v = 10/7 = 1,4
  3. Jika dilihat dari konektivitasnya, potensi interaksi antarkota di wilayah A lebih tinggi jika dibandingkan wilayah B.
    Ini terjadi dengan catatan kondisi alam, sosial serta kualitas prasarana jalan antara kedua wilayah relatif sama.

Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks konektivitas menjadi salahsatu indikator dan pertimbangan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas transportasi lainnya.

Melalui analisis indeks konektivitas, kita dapat meningkatkan hubungan suatu wilayah dengan wilayah-wilayah lainnya, serta memperlancar arus pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.