Bentuk-Bentuk Lagu

Table of Contents

Asal Mula Bentuk-bentuk Lagu

Bentuk-bentuk dasar lagu pada dasarnya meliputi bentuk-bentuk lagu dua dan tiga bagian. Istilah bentuk lagu atau song form digunakan untuk menyatakan pola-pola musik instrumental maupun vokal. Kata bentuk lagu sendiri diambil dari struktur yang dijumpai pada lagu-lagu pendek atau sedang seperti folksong dan himne.

Bagian-bagian struktural pokok dari bentuk-bentuk ini dikenal dengan sebutan bagian atau parts. Istilah dua bagian atau two-part atau tiga bagian atau three-part bukan menunjuk pada keterlibatan bagian suara (voices) ataukah instrumen, melainkan pada bagian-bagian pokok pada sistem perkalimatan melodi.


Elemen-elemen pendukung

Bentuk lagu yang paling sederhana terdiri dari bentuk satu hingga lima bagian. Di antara bagian-bagian atau parts ini, terdapat beberapa kemungkinan elemen-elemen sisipan yang berfungsi sebagai pendukung atau memperhalus hubungan di antara bagian-bagian tersebut.

Semakin besar suatu komposisi musik, maka semakin besar juga keterlibatan elemen-elemen pendukungnya, hal ini berlaku juga sebaliknya. Komposisi yang sederhana hanya terbentuk dari bentuk lagu satu bagian, dan umumnya dan tidak memerlukan elemen-elemen pendukung. Berikut ini adalah element-element pendukung suatu lagu.


1. Introduksi

Introduksi adalah suatu seksi instrumental yang letaknya pada bagian permulaan suatu komposisi dan biasanya diikuti langsung oleh pernyataan tema atau bagian utama (principal part).

Terdapat dua macam Introduksi yaitu
  1. Introduksi sederhana yang biasanya berisi suatu pola iringan atau akor-akor pengantar
  2. Introduksi yang berdiri sendiri atau independent introduction.

Ada tiga hal yang membedakan dari Instruksi sederhana dengan Instruksi yang berbiri sendiri. Ketiga hal itu adalah tentang panjang, karakter dan kadensnya. Pada karya pendek, introduksi terdiri dari empat birama sedangkan pada karya yang panjang bisa terdiri dari berberapa divisi.

Di banding dengan introduksi sederhana yang hanya berisi pola ritmik iringan yang statis, introduksi yang berdiri sendiri memiliki melodi yang berdiri sendiri dengan pola ritme yang khas yang berbeda dari tubuh utama sebuah komposisi. Introduksi yang berdiri sendiri biasanya diakhiri oleh sebuah kadens.


2. Transisi

Transisi adalah bagian penghubung yang bersifat sebagai pengantar di antara satu bagian dengan bagian yang lain.

Terdapat dua fungsi utama transisi, yaitu
  1. Sebagai pemroses modulasi
  2. Sebagai penghubung

Proses modulasi membawa kunci dasar kepada kunci yang lain sedangkan pada proses penghubung kedua memberikan efek hubungan logis di antara perbedaan-perbedaan yang trerdapat pada dua bagian atau seksi atau tema.

Dalam hal ini transisi diperlukan karena suatu bagian tidak bisa diikuti secara langsung oleh bagian yang lain. Ini tampak dengan jelas pada bagian rekapitulasi dari bentuk sonata, yaitu ketika bagian transisi menghubungkan dua tema dalam kunci yang sama.

Transisi yang singkat bisanya terjadi dalam satu birama dan kadang-kadang bisa disebut sebagai potongan jembatan atau bridge passage, sedangkan pada karya yang lebih panjang bisa terdiri dari dua seksi atau lebih. Jika material yang digunakan berdiri sendiri biasanya disebut episode bertransisi atau transitional episode.


3. Retransisi

Retransisi adalah bagian penghubung yang mengantarkan suatu bagian kepada tema atau bagian yang sebelumnya pernah hadir. Jika menggunakan figur-figur dan motif-motif dari bagian yang akan datang kembali maka elemen ini disebut sebagai retransisi antisipatif atau anticipatory transition.


4. Kodeta

Kodeta adalah koda kecil yang mengikuti sebuah bagian, seksi atau tema. Salah satu dari fungsi Kodeta adalah untuk menkonfirmasi kadens.

Terdapat dua macam kodeta, yaitu
  1. Kodeta Harmonis
    Kodeta Harmonis menggunakan harmoni-harmoni yang digunakan pada bagian akhir suatu frase yang mengikutinya. Kodeta Harmonis seringkali tersusun dari satu unit dua birama. Dalam hal ini melodi yang diambil dari frase sebelumnya memiliki peranan yang kurang penting.
  2. Kodeta Melodis
    Kodeta Melodis terdiri dari empat birama atau lebih dan dapat berisi figur-figur yang digunakan pada frase sebelumnya atau sama sekali materi baru. Kodeta ini bisa muncul di tengah-tengah atau di akhir suatu komposisi, yaitu pada penutupan Koda atau postlude. Pada musik polifonis kodeta biasanya merupakan pernyataan tambahan dari subjek setelah kadens autentik atau kadang-kadang deseptif.


5. Interlude

Interlude adalah potongan (passage) yang berdiri sendiri di antara sebuah tema dengan dan pengulangannya atau di antara dua bagian yang secara umum panjangnya berkisar antara satu hingga delapan birama. Materi yang terdapat dalam introduksi bisa juga digunakan kembali pada bagian interlude. Terdapat juga kemungkinan kombinasi fungsi dari retransisi dan interlude.


6. Seksi

Seksi adalah suatu porsi komposisi yang memiliki ciri melodi yang jelas dan diakhiri dengan kadens yang jelas atau definiti
. Seksi diterapkan baik pada bentuk-bentuk homofoni dan polifoni. Pada bentuk polifoni, bagian pengembangan dari suatu bentuk sonata terdiri dari berbagai seksi. Sementara itu pada bentuk-bentuk polifoni seksi-seksi juga terdapat pada invention dan fugue.

7. Episode

Pada musik homofoni dan polifoni, episode digunakan secara berbeda. Suatu bagian yang agak panjang, seringkali diturunkan dari materi tematik sebelumnya dan bersifat meninggalkan subjek atau tema.

Pada fuga dan invention, episode adalah suatu potongan yang hanya terdiri dari sebuah fragmen tematik atau yang menggunaan materi counter-thematic. Pada musik homofoni episode yang agak panjang tersusun dari seksi-seksi sedangkan dalam polifoni episode adalah bagian atau seksi yang berdiri sendiri. Istilah episode juga kadang-kadang digunakan untuk mengidentifikasi tema kedua pada bentuk rondo.


8. Disolusi

Disolusi adalah suatu tipe perluasan khusus yang di dalamnya terdapat satu atau lebih figur-figur dari materi tematik yang langsung datang sebelumnya dan diolah secara repetisi, sekuen, dan modulasi. Disolusi mengikuti suatu tema atau bagian dan mengantar kepada sebuah transisi atau bagian baru.


9. Koda

Koda berasal dari bahasa Italia yang artinya ekor. Koda adalah suatu potongan yang datang setelah bagian terakhir dari tema. Pada komposisi yang pendek tidak terdapat koda tapi kodeta atau langsung bagian terakhir dengan kodeta yang pendek. Koda bisa terdiri dari beberapa seksi, dengan materi yang diambil dari beberapa porsi komposisi yang muncul sebelumnya. Materi baru kadang juga digunakan.


10. Postlude

Postlude adalah suatu seksi yang berdiri sendiri pada bagian akhir suatu karya yang dapat juga tampil sebagai bagian akhir dari suatu koda. Postlude berbeda dari koda karena materinya juga berbeda. Materi yang berdiri sendiri pada polude terdapat pada introduksi, oleh karena itu tujuan postlude adalah menyatukan atau framing keutuhan komposisi. Kirakira sepadan dengan kesimpulan sebagai lawan dari introduksi.