Mengenal Larutan Asam Basa dan Teori Asam Basa Arrhenius
Mengenal Larutan Asam Basa
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah menjumpai zat-zat yang mengandung asam maupun basa.
Misalnya ketika kita makan buah jeruk, apel, acar mentimun atau tablet vitamin C, kita pasti pernah merasa rasa masam. Itu merupakan senyawa asam.
Baca Juga
Sebaliknya, ketika kita secara tak sengaja menelan soda kue, lidah kita akan terasa pahit. Ini merupakan senyawa basa.
Perlu kalian ketahui, bahwa tidak semua zat dapat kalian coba secara langsung untuk mengetahui apakah senyawa tersebut asam atau basa. Karena beberapa zat mungkin bersifat racun. Oleh karena itu biasanya digunakan kertas idikator asam basa untuk menentukannya.
Asam dan basa memiliki peranan penting dalam kehidupan kita. Banyak pemanfaatan asam basa dalam kehidupan kita, misalnya.
- Proses pencernaan makanan di dalam lambung dibantu oleh asam klorida.
- Salah satu vitamin yang penting untuk tubuh, adalah vitamin C mengandung asam askorbat.
- Cuka yang digunakan dalam pembuatan acar mengandung asam asetat.
- Rasa masam pada buah-buahan disebabkan oleh asam sitrat.
- Aspirin mengandung asam asetilsalisilat.
- Dalam sabun dan detergen terdapat campuran beberapa basa.
- Obat maag mengandung magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida.
- Dalam cairan pembersih kaca terdapat ammonia.
- Dan masih banyak lagi
Pengertian Asam Basa
Banyak pertanyaan yang mungkin ingin kalian ketahui tentang asam basa ini. Seperti apakah yang membedakan antara sifat asam dengan basa atau apa jadinya jika asam bertemu dengan basa atau bagaimana jika asam atau basa bertemu dan bereaksi dengan air. Disini kita akan melihat jawabanya.
Konsep Asam Basa
Pertama-tama ayo kita lihat tentang teori asam basa ini.
Teori Asam Basa Arrhenius
Seorang ahli kimia asal Swedia, bernama Svante Arrhenius (1884) mendefinisikan asam sebagai senyawa yang menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika kita larutkan dalam air.
Beberapa senyawa yang bukan asam akan menunjukkan sifat asam jika sudah dilarutkan ke dalam air.
Salah satu contohnya adalah gas hidrogen klorida. Jika gas HCl dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+) sehingga larutan HCl yang terbentuk dikatakan bersifat asam.
Reaksi yang terjadi dalam larutan HCl dapat ditampilkan seperti di bawah ini.
Asam klorida (HCl) dikenal juga sebagai asam lambung karena keberadaannya di dalam lambung sebagai getah pencernaan.
Ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dari reaksi HCl dengan air sebenarnya berada dalam bentuk terhidrasi, atau terikat pada molekul-molekul air (H2O). Dan ini ini disebut sebagai ion hidronium (H3O+). Dalam pembahasan di sini kita cukup menyingkatnya sebagai ion hidrogen. Jadi kalian harus ingat bahwa kedua istilah ini sama saja.
Basa oleh Arrhenius didefinisikan sebagai senyawa yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan dalam air (H2O).
Pada dasarnya, senyawa yang disebut sebagai basa adalah senyawa ionik yang mengandung gugus hidroksida (OH-).
Sebagai contoh magnesium hidroksida, Mg(OH)2 yang terdapat dalam obat maag.
Jika kita perhatikan pada Mg(OH)2 saat dilarutkan dalam air (H2O) akan menghasilkan ion hidroksida (OH-) seperti persamaan di bawah ini.
Ada pula senyawa yang bersifat basa meskipun bukan senyawa ion dan tidak mengandung ion hidroksida (OH-). Contohnya seperti ammonia (NH3).
Senyawa ammonia (NH3) jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-) sehingga termasuk senyawa basa.
Larutan ammonia dalam air biasa disebut dengan ammonium hidroksida, meskipun sebenarnya senyawa itu tidak ada.
Selain itu larutan asam dan basa merupakan larutan merupakan elektrolit atau memiliki muatan. Hal ini karena di dalam air, larutan asam basa akan terionisasi atau terurai menjadi ion-ionnya sehingga asam dan basa dalam larutannya dapat menghantarkan arus listrik.
Sifat elektrolit asam maupun basa berbeda bergantung dari kemampuan ionisasinya.