Bagaimana Penulisan dan Pemakaian Bahasa Indonesia Yang Benar dan Baik

Table of Contents

Apa yang dimaksud dengan bahasa yang baik ?

Pada dasarnya bahasa yang digunakan dapat dikatakan baik jika maksud yang diungkapkan dapat dipahami secara tepat oleh orang yang menerima bahasa tersebut.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka bahasa yang baik adalah bahasa yang efektif dalam menyampaikan suatu maksud.

Penting kita harus mengetahui bahwa bahasa yang baik tidak harus selalu ragam baku.

Jika kita melihat secara lebih luas, bahkan keefektifan komunikasi lebih banyak ditentukan dari keserasian bahasa dengan situasinya, seperti waktu, tempa, dan orang yang diajak bicara.

Jadi bisa saja bahasa yang baik itu tidak benar kaidah-kaidahnya. Sebaliknya, bahasa yang benar kaidah-kaidahnya belum tentu bahasa baik. sebagai contoh, kita akan merasa aneh mendengar jika di pasar kita menggunakan ragam bahasa baku seperti bahasa seorang ilmuwan yang sedang melakukan seminar.

Sama juga, jika seorang ilmuwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar menggunakan bahasa seperti seorang yang sedang ngobrol di pasar.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka bahasa yang benar dengan baik itu adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah dan sesuai dengan situasi.

Dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti berikut.


1. Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan yang melambangkan bunyi-bunyi ajaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, serta bagaimana menggabungkan kata.


Dengan kata lain ejaan dapat diartikan seperti bagaimana menuliskan bahasa lisan dengan aturan-aturan.

Jika kita tinjau dari segi bahasa, maka ejaan adalah dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mencerminkan cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa, seperti kata atau kalimat dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan tanda baca).



Lingkup Pembahasan Ejaan

Beberapa ruang lingkup dalam pembahasan ejaan diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut:
  1. Pemakaian huruf
  2. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
  3. Penulisan kata
  4. Penulisan unsur serapan
  5. Pemakaian tanda baca


2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

Yang berikutnya yang perlu diperhatikan dalam membuat Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan huruf kapital dan huruf miring.


A. Huruf Kapital

Huruf kapital tidaklah sama dengan huruf besar, meskipun istilah ini memiliki lawan kata dengan huruf kecil.

Istilah huruf kapital digunakan untuk menunjuk pada satu bentuk huruf yang memiliki fungsi berbeda dalam kata atau kalimat dan menjadi berbeda pula dari bentuk huruf lain meskipun secara fonemis sama.

Sebagai contoh, huruf A (kapital) secara fonemis sebunyi dengan a (kecil), meski begitu karena fungsinya berlainan, penampilan grafisnya juga berbeda.

Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, nama orang, dan lain sebagainya. Umumnya penggunaan huruf kapital tidak menjadi permasalahan.

Meski begitu, kesalahan penulisan sering terjadi terutama pada penulisan kata Anda. Kata Anda harus selalu ditulis dengan huruf A (kapital) meskipun letaknya di tengah atau di akhir kalimat.


B. Huruf Miring

Umumnya, sebuah huruf, kata, atau kalimat dituliskan secara huruf miring untuk membedakan dari huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata, kalimat, paragraf, atau karangan yang utuh.

Huruf yang dicetak miring merupakan penanda yang mengacu ke beberapa informasi, seperti penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah latin, nama penerbitan pada koran, majalah, dan lain-lain.

Jika ditulis dengan menggunakan mesin ketik manual atau tulisan tangan, huruf miring sering diganti dengan garis bawah.

Garis bawah hendaknya ditulis per-kata, dan bukan per kalimat. Sebagai contoh perhatikan kalimat di bawah ini.
  1. "Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia", dimuat pada koran Media Indonesia (Salah)
  2. "Perkembangan Sain dan Teknologi di Indonesia", dimuat pada koran Media Indonesia (Betul)


3. Penulisan Kata

Beberapa hal yang termasuk ke dalam pembahasan tentang penulisan kata adalah penulisan
  1. Kata dasar
  2. Kata turunan
  3. Bentuk ulang
  4. Gabungan kata
  5. Kata ganti ku, mu, kau, dan nya
  6. Partikel
  7. Singkatan dan akronim
  8. Angka dan lambang bilangan

Kecuali gabungan kata pada poin nomor 3, penulisan kata umumnya tidak menimbulkan permasalahan.


Kesalahan penulisan gabungan kata umumnya sering ditemukan dalam istilah khusus yang salah satu unsurnya hanya digunakan dalam kombinasi. Unsur gabungan kata yang demikian sering ditulis terpisah, padahal lebih tepat jika disatukan.



4. Penulisan Unsur Serapan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu.

Di dalam perkembangannya bahasa melayu banyak menyerap dari bahasa lain, seperti bahasa daerah maupun asing.

Bahasa Sunda, Jawa, dan Batak adalah tiga contoh bahasa daerah yang banyak memperkaya bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang menulis bunyi. Artinya, bahwa pelafalan kita terhadap sebuah kata asing, itulah yang ditulis dalam bahasa Indonesia meskipun tidak sama sebunyi secara tepat.



5. Pemakaian Tanda Baca

Kalimat yang baik harus didukung dengan penggunaan tanda baca yang tepat. Meski begitu, banyak penulis cenderung tidak memperhatikan atau mengabaikan hal ini.

Pemakaian tanda baca dalam kalimat cukup penting, tidak hanya untuk ketertiban gramatikal, tapi juga bagaimana gagasan yang dikemukakan bisa tersampaikan dengan baik.

Kita cenderung memahami sesuatu melalui bahasa, meski begitu karena bahasa juga manusia bisa salah paham. Oleh karena itu, pemakaian tanda baca merupakan salah satu cara untuk menghindari kesalahpahaman ini.



6. Morfologi

Berbicara tentang pengertian morfologi. Tahukah kamu apa itu morfologi ?

Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan bentuk terhadap golongan dan arti kata.

Dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Aglutinatif adalah bahasa yang terdiri dari tempelan-tempelan atau pengimbuhan.

Secara umum terdapat beberapa jenis dari imbuhan diantaranya adalah
  1. Awalan
    Imbuhan awalan seperti, ber-, per-, meng-, di-, ter-, se-, peng–
  2. Sisipan
    Imbuhan sisipan seperti, -el-, -em-, -er-, -in–
  3. Akhiran
    Imbuhan akhiran seperti -kan, -i, -an , -nya
  4. Gabungan imbuhan
    Gabungan imbuhan, seperti ber-kan, ber-an, per–an, pe–an, per-i, me-kan, memper-, memper–kan, memper-i


7. Rumus pembentukan kata

Ada dua dasar yang mesti diketahui dalam pembentukan kata, kedua hal tersebut adalah ketahui atau pastikan bentuk dasar katanya, dan ketahui atau pastikan bentuk terikat yang mengimbuhinya. Sebagai contoh perhatikan kata di bawah ini.
  1. kontrakkan, dari kata kontrak + -kan
  2. kontrakan, dari kata kontra + -kan


8. Variasi Imbuhan

Ada beberapa aturan atau variasi dari imbulan.
  1. Awalan ber- bervariasi menjadi bel-, jika diserangkaikan dengan kata ajar.
  2. Awalan ber- dan ter- bervariasi menjadi be- dan te-, jika diserangkaikan dengan kata yang suku pertamanya berbunyi ―er
    Contoh:
    • ber- + cermin, menjadi becermin
    • ter- + percaya, menjadi tepercaya
  3. Awalan me- bervariasi menjadi menge-, jika diserangkaikan dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata.
    Contoh:
    • me- + bom = mengebom
    • me- + tik = mengetik
    • me- + lap = mengelap


9. Peluluhan (me-/pe-(N)) atau meng-/peng

Peluluhan terjadi jika me-/pe-(N) diserangkaikan pada kata dengan huruf pertama k, t, p, s atau konsonan tidak punya suara
Contoh:
  • me-/pe-(N) + -kejar, menjadi mengejar
  • + -tipu, menjadi menipu
  • + -pukul, menjadi memukul
  • + -sikut, menjadi menyikut
Catatan:
pada kata kaji, kilat, huruf k tidak luluh, sebagai contoh mengkaji, mengkilat


10. Klaster

Klaster adalah kata yang diawali dengan dua konsonan berurutan, seperti kr, tr, pr, dan sy. Konsonan-konsonan ini tidak mengalami peluluhan.
Contoh:
  • Me-/pe-(N) + kritik, menjadi mengkritik
  • + traktir, menjadi mentraktir
  • + program, menjadi memprogram*
  • + syarat, menjadi mensyaratkan
Catatan:
khusus untuk pr, jika dipasangkan dengan pe-(N), maka bunyi pr akan mengalami peluluhan.
Perhatikan
  • memprogram, menjadi pemrogram
  • memproduksi, menjadi pemroduksi


11. Pohon Kata

pohon kata

12. Makna Bentukan Kata

Beberapa kata memiliki arti yang serupa, oleh karena itu kita mesti memahami pembentukan kata yang tepat. Coba kalian perhatikan arti beberapa bentukan kata di bawah ini.
  • pewaris/mewarisi/ahli waris
  • menugasi/ditugasi
  • menganugerahi/menganugrahkan
  • membawahi/membawahkan
  • mengatasi/mengataskan
  • mencemari/mencemarkan
  • berterima/keberterimaan


13. Tata Kalimat

Apa itu kalimat ?

Pengertian kalimat sendiri adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran secara utuh.

Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi akhir.

Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). (menurut Alwi, dkk., 1998:311).


Fungsi kalimat adalah untuk menyampaikan pesan. Dalam kalimat sendiri terdapat unsur-unsur komunikasi, seperti
  1. Pengirim
  2. Penerima
  3. Sarana
fungsi dalam komunikasi
Dalam kalimat dikenal kalimat yang tidak lengkap. Kalimat yang tidak lengkap sekurang-kurangnya harus memiliki Subjek dan Predikat dan dapat di indikasikan selesai.
Contoh kalimat tidak lengkap
  1. Jika tidak ada dukungan masyarakat tidak akan terwujud
  2. Film produksi dalam negeri yang kurang bermutu yang tidak mampu bersaing di pasaran
  3. Sepuluh orang mahasiswa ITB yang berangkat dua bulan lalu dengan menggunakan bus Kramat Jati dengan tujuan Sumatra untuk melakukan penelitian wabah penyakit demam berdarah yang tiba-tiba berjangkit di beberapa tempat di pulau itu

Kalimat tidak logis adalah kalimat yang secara semantik tidak bisa diterima oleh akal sehat. Contoh kalimat tidak logis adalah
  1. Yang kencing di WC itu harus disiram
  2. Dilarang keras membuang sampah ke sungai
  3. Jangan memarkir kendaraan di daerah bebas parkir

Kalimat Mubazir atau Pleonastis adalah kalimat yang menggunakan kata atau kelompok kata yang berlebihan Contoh kalimat mubazir atau pleonastis adalah
  1. Banyak kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan semaunya tanpa aturan.
  2. Tindakan manajer itu terlu keras sehingga akibatnya menyebabkan karyawan berunjuk rasa.

Ada juga kata yang memiliki makna yang sama, seperti
  • Adalah ↔ Merupkan
  • Mulai ↔ Sejak
  • Ulang ↔ Kembali
  • Amat sangat ↔ Sekali

Syarat untuk memenggal satu kalimat panjang menjadi beberapa kalimat pendek adalah sebagai berikut
  1. Setiap penggalan minimal harus memiliki syarat subjek dan predikat
  2. Gunakan konjungsi antarkalimat
  3. Perhatikan apakah kalimat yang telah terpisah tersebut memiliki koherensi atau tidak


14. Penulisan Daftar Pustaka

Ada banyak jenis daftar referensi pustaka yang dapat kita gunakan pada karya tulis. Melingkupi cara penulisan daftar pustaka sendiri ada banyak jenisnya seperti:
  1. Buku
  2. Artikel Majalah
  3. Artikel Jurnal
  4. Artikel Surat Kabar
  5. Situs Internet